


(Lanjutan pada halaman 17)
… pemikiran yang spiritulistis, membangkitkan gejala-gejala sosial lainnya. Hal ini disebabkan karena strategi dan pola pengembangan menjadi terarah. Seperti bangkitnya kesadaran remaja putri dalam berpakaian muslimah adalah sebagai akibat dari semakin aktifnya remaja Islam dalam mendalami ajaran Islam ditunjang dengan semakin banyaknya sarana yang mendukung. Buku-buku yang mengulas tata berbusana yang Islami dikupas lewat diskusi, seminar sampai pesantren-pesantren kilat yang banyak diadakan oleh organisasi-organisasi pemuda dan pelajar Islam.
Berbagai kasus busana muslimah (jibab) sempat muncul dan menghangat seiring dengan bertambahnya jumlah remaja putri Islami tampil dengan atribut keislamannya. Keberaniannya untuk menegakkan nilai-nilai Islami dalam tata cara berbusana ini menjadi satu gejala tersendiri yang menunjukkan tumbuhnya kesadaran berislam secara kaafah. Keberanian dan semangat mereka di salah satu SLTA beberapa waktu yang lalu, harus dibayar amat mahal. Kesadaranlah yang menyebabkan mereka berani menanggung resiko keluar dari sekolah yang menerapkan disiplin berbusana yang kaku. Kasus ini menunjukkan betapa bangganya mereka terhadap agama yang dianut dan menjadi keyakinannya.
Belum tuntas urusan jilbab kasus Monitor muncul. Secara tiba-tiba kasus itu menyeruak dan menyulutkan kemarahan umat Islam. Heboh, semua turut bicara. Obrolan di warung-warung kaki lima, kantor, mimbar masjid bahkan semua media massa membuat headline berita yang sensasional ini. Semua yang mengaku beragama Islam menghujat Arswendo Atmowiloto. Aksi protes terjadi dimana-mana. Moment itu menjadi amat tepat untuk menunjukkan ghirah umat Islam. Solidaritas umat Islam muncul secara spontan dalam satu komando. Memang terasa aneh, umat Islam “tiba-tiba” bersatu padu mencaci musuhnya dan melupakan perbedaan-perbedaan yang selama ini ada. Dari kasus Monitor ini sepertinya semua umat Islam merasa sangat memiliki dan taat dengan agamanya, sehingga tidak rela bila agama yang dipeluk ada yang menghinanya. Semua merasa sangat bertanggung jawab terhadap eksistensi Islam di negeri ini. Kasus inilah yang menjadi pemicu pelecut untuk menunjukkan kebanggaan. Islam secara nasional bukan lagi seperti sebelumnya yang hanya terasa secara personal dan lokal.
Menanggapi adanya berbagai gejala ini, Drs. Abdul Munir Mulkhan berpendapat bahwa “itu semua merupakan satu setting sosial yang ada kaitannya dengan perkembangan sistem sosial Indonesia”. Saat itu kecenderungannya adalah orang mulai (merasa) yang terkandung di dalamnya. Menurutnya, kecenderungan itu disebabkan karena konflik-konflik antar kelompok mulai menumpul dan tema-tema politik agak terbelakang, ditambah lagi orang mulai merasa sepertinya sudah tidak ada lagi media yang dianggap mampu untuk berperan. Lalu mereka mencari-cari dan akhirnya menemukan Islam-lah yang diyakini mampu memberi tempat untuk lebih memungkinkan berperan dalam berbagai sektor. Tinggal permasalahannya sekarang: akankah kondisi ini menjadi suatu sistem sosial yang cukup established? Menjawab pertanyaan ini, editor buku Muhammadiyah dan Tantangan Zaman menjawab bahwa hal itu tergantung pengembangan selanjutnya. Bahkan, “bila kondisi ini dibiarkan begitu saja, justru mungkin akan terjadi penyimpangan atas nama Islam,” ungkapnya, dengan tidak merinci penyimpangan sosial seperti apa bentuknya.
Sementara itu, bila kecenderungan mendekati Islam telah menuju ke arah munculnya kebanggaan berislam, akankah dari kebanggaan itu berubah menjadi suatu kebangkitan? Maka, baik A. Azra Basyir, MA maupun Drs. Abdul Munir Mulkhan sepakat bahwa hal itu sangat bisa. “Yang penting sekarang ini adalah intensitasnya,” lanjut dosen UGM yang telah menyelesaikan program S2 di bidang sosiologi, ketika ditemui PABELAN di pondok HNS UMS. Dengan demikian, modal dasar kebangkitan Islam di Indonesia telah ada. Tinggal bagaimana strategi pengembangan selanjutnya. Tentunya metode ceramah tidak cukup; harus dicari pola pengembangan yang tepat dan tidak berkecenderungan konvensional atau bahkan sangat tradisional. Sebab sekarang ini yang dibutuhkan adalah usaha yang…