

Liputan dan Komentar
AKTIFITAS MAHASISWA UMS KAMPUS KARANGANYAR BERGOLAK
Untuk mewujudkan kondisi ideal, maka perlu diciptakan tata kehidupan kampus yang seimbang, secara terpola, sistematis dan dalam tata tertib kegiatan yang saling menunjang, baik yang bersifat intra kurikulir, kokurikuler maupun ekstra kurikuler.
Tujuan pelayanan akademik untuk mengantarkan mahasiswa ke tingkat penguasaan bidang keilmuan, sedang pembinaan dan pengembangan kemahasiswaan dimaksudkan untuk mematangkan kepribadan sesuai dengan potensi yang dimiliki serta menciptakan kondisi yang mampu memberikan rangsangan yang mendukung tersalurnya bakat dan minat mahasiswa. Tujuan ini terlaksana dengan baik oleh Universitas Muhammadiyah Surakarta program Diploma Tiga Kampus Karanganyar dan memungkinkan untuk berkembang. Adapun organisasi yang digeluti oleh mahasiswa UMS Kampus Karanganyar yaitu: Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) dan unit-unit mahasiswa di bawah bimbingan dosen yang bersangkutan.
Dra. Farida Nugraheni dosen FKIP Bahasa Indonesia menandaskan bahwa dengan mengikuti kegiatan kemahasiswaan yang ada di kampus banyak keuntungan yang diraih. Namun ada juga yang merugikan, misalnya dengan mengikuti kegiatan yang terlalu banyak memerlukan latihan fisik tentunya mengganggu konsentrasi kuliah ataupun belajar. Selanjutnya beliau mengatakan bahwa kegiatan kemahasiswaan itu kesemuanya baik, asal dapat membagi waktu antara belajar, kuliah dan kegiatan. Kegiatan kemahasiswaan itu semata-mata adalah mengembangkan kesadaran dan ketrampilan berorganisasi, mengembangkan serta memupuk bakat mahasiswa di bidang-bidang yang diminati. Kadang mahasiswa yang ingin disebut aktivis kampus, mengikuti lebih dari satu kegiatan. Bidang kepramukaan, Grop seni budaya, Tapak Suci, Menwa (Resimen Mahasiswa). Semua digeluti, akibatnya kegiatan kuliah ditinggalkan karena terlalu asyik di bidang humanitas. Namun sebaliknya, ada juga yang cenderung kuliah saja, karena menganggap kegiatan kemahasiswaan semata-mata mengganggu kuliah. Kebanyakan hal ini dilontarkan oleh mahasiswa yang semata-mata mengejar cepat lulus yang ditandai dengan rendahnya prosentase mahasiswa aktivis. Masih adanya anggapan dari kalangan dosen, bahwa kegiatan kemahasiswaan cenderung menghambat kelancaran program akademik, sehingga sikap tersebut menyentuh mahasiswa untuk enggan dalam aktivitas kemahasiswaan. Sementara itu juga ada mahasiswa yang aktif dalam organisasi kampus jarang menjadi tokoh panutan dalam prestasi akademik, tetapi justru terlunta-lunta dalam persaingan pestasi karena kriteria kelulusan tiap mata kuliah bukan dilihat dari keaktivan mahasiswa mengikuti kegiatan organisasi kemahasiswaan, namun lebih ditekankan pada keaktivan di bidang akademik dan bobot penilaian hasil belajar. Seorang aktivis kampus pernah mengajukan permohonan agar kelulusan tiap mata kuliah yang masih kurang dapat dibantu. Permohonan ini diajukan kepada Direktur di UMS program D3 Karanganyar, Drs. Abdul Basir. Namun ditolak dengan alasan bahwa tidak ada alasan untuk ketinggalan dalam kuliah. Mereka fikir, dengan melibatkan diri dari kegiatan cukup membantu kelulusan?
Mahasiswa yang ingin dalam dua bidang berhasil, harus mampu menciptakan kondisi seimbang dan dapat mempertanggungjawabkan.
Untuk itu sebelum masuk pada salah satu kegiatan ataupun organisasi yang diminati, haruslah dipikir dulu secara matang karena kegagalan dalam bidang akademik bukan hal yang diinginkan. Keberhasilan di semua bidang adalah lebih baik.
(Eni Mulyaningrum)
HATI-HATI MENGOPER
Akibat semakin santernya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin semarak pula tempat-tempat hiburan dengan sarana dan prasarana yang serba canggih. Hal ini merupakan tantangan besar umat Islam khususnya kaum remaja yang mudah tergiur mengontrol, menyaring lebih dahulu hiburan, sehingga larut pada hal-hal yang menyenangkan saja.
Untuk itu, saya mengajak umat (khususnya mahasiswa) cintailah jenis senian atau hiburan yang bernafaskan Islam, dalam hadits telah dikatakan, bahwa umat Islam boleh saja mengambil Ilmu pengetahuan dan Teknologi barat, tetapi tidak boleh sekali-kali mengoper peradaban dan kebudayaan mereka.
Dengan berpegang pada hadits tersebut, maka Ilmu Pengetahuan dan teknologi adalah perlu kita kaji, sedangkan jenis hiburan dan kesenian yang dampak negatif merupakan larangan agama kita.
Pada dasarnya, agama Islam kaya dengan kebudayaan dan kesenian seharusnya kita memanfaatkan tempat-tempat ibadah (terutama Masjid) untuk melestarikan kebudayaan Islam itu seperti yang dikatakan Drs. Muhammad Rofiq Anwar yang menyoroti fungsi masjid yang belum pas, yakni sakral dan dikeramatkan. Fungsi masjid masih dibatasi pada sarana ritual shalat dan pengajian saja. Padahal menurut dosen UNDIP Semarang itu, pada masa Rasulullah, masjid merupakan sarana peribadatan dan pusat budaya Islam. Masjid merupakan simbol pertautan antara ibadah dan budaya. Apabila kebudayaan sudah lepas dari masjid, maka kebudayaan akan mencari pusat-pusat baru, mencari jalannya sendiri di luar Islam. Padahal ibadah dan budaya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan dalam seorang yang beriman.
Untuk itu, sudah sewajarnya sebagai calon intelektual muslim, kita mulai mupuk dengan membangun kembali budayaan dan kesenian bangsa Indonesia (khususnya kebudayaan Islam) lewat tempat-tempat ibadah. Semoga kebudayaan kita tidak teracuni oleh nilai-nilai kebudayaan asing. (Same/JW)
“Keberhasilan disemua bidang adalah lebih baik.“
Eni Mulyaningrum