

CATATAN DISKUSI
STRATEGI PERJUANGAN UMMAT MAYORITAS YANG DIPERTANYAKAN
Sejarah ummat Islam di Indonesia teramat panjang untuk ditelusuri dan dikaji. Banyak bagian dari sejarah itu sendiri yang hilang tanpa jejak. Ini memang ironis, tetapi bukanlah suatu hal yang terlalu sinis untuk dipaparkan. Karena realitas sejarah yang kita saksikan berbicara tentang apa sebenarnya yang sedang kita alami, serta bagaimana perlakuan kita terhadap sejarah itu sendiri. Tak perlu mencari kesalahan dari siapa timbulnya, namun yang pasti kekaburan sejarah membawa dampak negatif bagi strategi perjuangan suatu ummat, dan hal itu telah cukup kita rasakan pada saat sekarang ini.
Drs. Mukthar Salimi, MA.
Drs. Zainuddin Fannani
Dalam rangka penjernihan sebuah strategi, untuk menggapai berbagai cita-cita dan ketertinggalan ummatnya, seorang dokter mencoba menyumbangkan sebuah karya tulis yang diberi judul Strategi Perjuangan Ummat Islam Indonesia. Buah karya tulis tersebut dicoba ditelusuri dan dikaji ulang oleh dua orang cendekiawan muslim berbakat yaitu Zainuddin Fananie dan Mukhtar Salimi, MA. Dua orang dosen UMS.
Dari kaji ulang dan telaah terhadap buah karya tersebut, lahirlah berbagai pemikiran yang kontra maupun yang pro terhadap pemikiran Dr. Fuad Amsyari sebagai orang yang mencoba melahirkan tawaran sebuah strategis demi kemajuan Islam dan ummatnya di bumi pertiwi tersebut. Drs. Zainuddin Fananie dalam ulasannya mengatakan bahwa buku yang ditulis oleh Fuad Amsyari tersebut masih didominasi oleh analisis konsep Islaman Sich dan belum bersifat tentang analisis konsep Islam dalam pengertian substansional. Selanjutnya menurut Zainuddim Fananie, gaung eksistensi ummat Islam masih bersifat organisatoris, belum bersifat inovatif. Memang harus diakui, bahwa banyak perjuangan yang dilakukan ummat Islam Indonesia, baik dalam konteks poltik, ekonomi sosial dan budaya berangkat dari visi pribadi yang dikemas dalam bentuk organisasi. Oleh sebab itu, perjuangan bahwa ada tiga hal yang merupakan titik ummat Islam dalam dimensi gerak pembangunan bangsa masih terasa berserakan dan terkotak-kotak, belum merupakan suatu gerak kebersamaan yang sudah disepakati satu sama lain. Hal inilah sebenarnya yang menjadi kunci kegagalan terjalinnya hubungan antara dimensi dan implementasi yang diharapkan mampu melahirkan suatu bentuk peradaban baru.
Pada sisi lain kita melihat pengalaman-pengalaman ummat Islam di Indonesia dalam memperoleh tujuan hidup dan proses kebudayaan yang tidak terlepas dari usaha-usaha untuk membentuk kehidupan dengan berbagai manifestasi spiritual, sosial dan pencapaian material yang juga turut berkembang serta bertarung di dalamnya. Dari “perjuangan”, beberapa polemik dan konflik justru terjadi di antara ummat Islam sendiri. Dengan kata lain, kehancuran ummat Islam dalam berbagai kegiatan terjadi disebabkan oleh tangan-tangan kotor ummat Islam itu sendiri. Fenomena ini tentunya memberikan suatu tugas yang cukup besar bagi ummat Islam. Apalagi dalam konteks persaingan keunggulan komparatif sumber daya manusia. Karena itu, parameter peradaban muslim sudah saatnya untuk dirumuskan sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan ummat.
Ada beberapa pertanyaan yang cukup menarik untuk dilontarkan dalam masalah ini, yaitu sejauh mana ummat Islam telah mampu untuk mengikuti perubahan yang terjadi pada saat ini. Mampu di sini dalam arti kemampuan untuk memahami, dan secara intelektual mengembangkan kehidupan dari berbagai dimensi dengan asas muslim sejati? Nampaknya untuk mencapai hal tersebut, berbagai macam kendala akan terus lahir. Hal inilah sebenar-
Bersambung ke halaman 51